Setiap orang pasti memiliki mimpi. Entah itu mimpi untuk memiliki bisnis sendiri, menjadi seniman, membangun keluarga yang bahagia, atau sekadar hidup tenang di desa kecil. Mimpi adalah bahan bakar yang membuat hidup terasa lebih hidup. Ia memberi arah, harapan, dan alasan untuk terus melangkah. Namun, dalam perjalanan hidup yang penuh tantangan, tak sedikit orang yang memilih meninggalkan mimpinya. Mereka merasa terlalu tua, terlalu sibuk, atau terlalu lelah untuk mengejar sesuatu yang tampak jauh. Padahal, mimpi bukanlah sesuatu yang harus ditinggalkan hanya karena jalan menuju sana tidak mudah.
Mengejar mimpi bukan berarti kita harus langsung melompat ke tujuan besar. Justru, mimpi yang kuat adalah mimpi yang dijalani dengan langkah-langkah kecil yang konsisten. Setiap usaha, setiap kegagalan, dan setiap pembelajaran adalah bagian dari proses. Banyak tokoh besar dunia memulai dari nol—dari garasi, dari kamar sempit, dari ide yang ditertawakan orang. Mereka tidak menyerah karena tahu bahwa mimpi bukan soal seberapa cepat tercapai, tetapi seberapa kuat kita bertahan untuk mewujudkannya.
Salah satu alasan mengapa mimpi harus dikejar adalah karena ia mencerminkan siapa kita sebenarnya. Mimpi lahir dari nilai-nilai, hasrat, dan potensi yang kita miliki. Ketika kita meninggalkan mimpi, kita sering kali juga meninggalkan bagian penting dari diri kita. Hidup tanpa mimpi bisa terasa hampa, seperti berjalan tanpa tujuan. Sebaliknya, ketika kita berani mengejar mimpi, kita memberi ruang bagi diri untuk tumbuh, belajar, dan berkembang. Bahkan jika mimpi itu belum tercapai, proses mengejarnya sudah membuat kita menjadi pribadi yang lebih kuat dan bermakna.
Tentu saja, mengejar mimpi tidak selalu mudah. Akan ada rintangan, keraguan, dan suara-suara negatif—baik dari luar maupun dari dalam diri sendiri. Tapi justru di situlah letak kekuatan mimpi. Ia menguji keteguhan hati, melatih keberanian, dan membentuk karakter. Ketika kita tetap melangkah meski dunia meragukan, kita sedang membuktikan bahwa mimpi bukan sekadar angan-angan, melainkan komitmen terhadap diri sendiri. Dan sering kali, dunia baru percaya setelah kita membuktikan bahwa kita tidak menyerah.
Mimpi juga punya kekuatan untuk menginspirasi orang lain. Ketika kita berani mengejar mimpi, kita memberi contoh bahwa hidup bisa lebih dari sekadar rutinitas. Kita menunjukkan bahwa harapan itu nyata, bahwa perubahan itu mungkin. Banyak orang yang akhirnya berani melangkah karena melihat orang lain berjuang untuk mimpinya. Maka, mengejar mimpi bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk memberi semangat kepada orang lain yang sedang mencari keberanian.
Pada akhirnya, mimpi adalah bagian dari hakikat manusia. Ia bukan beban, melainkan cahaya yang menuntun kita melewati gelapnya keraguan. Jangan biarkan usia, keadaan, atau pendapat orang lain memadamkan cahaya itu. Karena selama kita masih hidup, masih bisa belajar, dan masih bisa melangkah, mimpi selalu layak untuk dikejar. Bukan untuk kesempurnaan, tetapi untuk kejujuran terhadap diri sendiri. Karena hidup yang dijalani dengan mimpi adalah hidup yang penuh makna.

Posting Komentar