Demo Mahasiswa BEM UI dan BEM SI Guncang Jakarta: Tuntut Kapolri Mundur Usai Driver Ojol Tewas Dilindas Rantis Brimob
Jakarta kembali menjadi pusat perhatian nasional setelah ribuan mahasiswa dari berbagai universitas turun ke jalan dalam aksi demonstrasi besar-besaran. Aksi ini dipimpin oleh dua organisasi mahasiswa terbesar di Indonesia: Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI) dan Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI). Mereka menyuarakan kemarahan dan tuntutan atas insiden tragis yang menewaskan seorang pengemudi ojek online bernama Affan Kurniawan, yang diduga dilindas kendaraan taktis (rantis) milik Brimob saat kerusuhan demo di kawasan Pejompongan, Jakarta Pusat
Insiden memilukan ini terjadi pada Kamis malam, 28 Agustus 2025. Dalam sebuah video amatir yang viral di media sosial, terlihat rantis Brimob melaju cepat di tengah kerumunan warga. Affan, yang saat itu sedang mengantar pesanan, berusaha menghindar namun akhirnya terlindas oleh kendaraan tersebut. Meski korban sudah tergeletak, rantis tetap melaju tanpa berhenti, memicu kemarahan publik dan komunitas ojol
Jenazah Affan dimakamkan di TPU Karet Bivak, Jakarta, dengan iring-iringan ribuan pengemudi ojol yang datang dari berbagai wilayah sebagai bentuk solidaritas. Tragedi ini menjadi pemicu utama aksi demonstrasi yang digelar oleh mahasiswa dan masyarakat sipil.
Aksi demonstrasi mahasiswa dipusatkan di depan Markas Kepolisian Daerah (Polda) Metro Jaya, Jakarta Selatan. BEM UI memulai aksinya dari kampus UI Depok, dengan titik kumpul di Lapangan FISIP. Sementara BEM SI berkumpul di FX Sudirman, Jakarta Pusat, usai salat Jumat, lalu melakukan long march menuju Polda Metro Jaya
Diperkirakan lebih dari 1.500 mahasiswa dari berbagai aliansi kampus bergabung dalam aksi ini. Dari UI sendiri, sekitar 800 mahasiswa telah terkonfirmasi ikut serta, dan jumlahnya terus bertambah.
Dalam aksi ini, mahasiswa menyampaikan lima tuntutan utama yang menjadi sorotan publik:
Menuntut Polri Bertanggung Jawab Mahasiswa meminta agar institusi Polri bertanggung jawab atas penangkapan, kekerasan, dan dugaan pembunuhan terhadap massa aksi.
Pencopotan Kapolda dan Kapolri Kapolda Metro Jaya dan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo diminta mundur karena dianggap membiarkan tindakan represif aparat terhadap rakyat
Hukuman Terhadap Oknum Polisi Mahasiswa menuntut agar anggota Polri yang melakukan kekerasan, penyiksaan, dan pembunuhan terhadap demonstran diadili secara terbuka dan dihukum seadil-adilnya.
Pembebasan Massa Aksi yang Ditahan Banyak demonstran yang ditangkap secara sewenang-wenang. Mahasiswa menuntut pembebasan tanpa syarat terhadap seluruh massa aksi yang ditahan.
Reformasi Institusi Polri Tuntutan reformasi menyeluruh terhadap Polri, baik secara struktural maupun kultural, menjadi sorotan utama. Mahasiswa menilai Polri telah menyimpang dari tugas pokok sebagai pelindung masyarakat
Tak hanya mahasiswa, komunitas pengemudi ojek online juga turut serta dalam aksi ini. Ribuan driver ojol berkumpul di depan Mako Brimob Kwitang, Jakarta Pusat, sebagai bentuk solidaritas atas kematian rekan mereka. Aksi ini turut melibatkan pengamanan dari prajurit Marinir TNI AL untuk menjaga situasi tetap kondusif.
PT GoTo Gojek Tokopedia (GOTO), tempat Affan bekerja, juga menyampaikan belasungkawa dan dukungan terhadap keluarga korban. Mereka mendesak agar kasus ini diusut tuntas dan tidak berhenti pada permintaan maaf semata.
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menyampaikan permintaan maaf secara langsung kepada keluarga Affan di RSUPN Cipto Mangunkusumo. Ia juga menyampaikan belasungkawa kepada seluruh pengemudi ojol dan masyarakat Indonesia. Kapolri berjanji akan menindak tegas oknum aparat yang terlibat dan memastikan proses hukum berjalan transparan
Namun, bagi mahasiswa dan masyarakat sipil, permintaan maaf saja tidak cukup. Mereka menuntut tindakan nyata, termasuk reformasi institusi dan pencopotan pejabat yang dianggap bertanggung jawab.
Di media sosial, tagar #AparatKeParat menjadi trending sebagai bentuk kritik terhadap tindakan aparat yang dinilai brutal. Selain itu, muncul tren mengganti foto profil dengan warna Brave Pink dan Hero Green sebagai simbol solidaritas terhadap perjuangan rakyat dan mahasiswa.
Gerakan digital ini menunjukkan bahwa perlawanan tidak hanya terjadi di jalanan, tetapi juga di ruang maya. Generasi muda menggunakan media sosial sebagai alat untuk menyuarakan keadilan dan perubahan.
Ketua BEM UI, Atan Zayyid Sulthan, menyebut bahwa aksi ini bukan hanya soal insiden Affan, tetapi juga merupakan efek domino dari kebijakan pemerintah dan DPR yang dinilai tidak bijak. Kenaikan tunjangan pejabat, pernyataan kontroversial, dan minimnya respons terhadap aspirasi rakyat menjadi pemicu kemarahan mahasiswa.
Mahasiswa menuntut agar pemerintah, DPR, dan Polri mendengarkan suara rakyat dan bertanggung jawab atas kekacauan yang terjadi. Mereka berjanji akan terus turun ke jalan hingga tuntutan mereka dipenuhi.
Aksi demonstrasi mahasiswa kali ini bukan sekadar unjuk rasa biasa. Ini adalah refleksi dari keresahan mendalam masyarakat terhadap institusi yang seharusnya melindungi, bukan menindas. Tragedi Affan Kurniawan menjadi simbol dari ketidakadilan yang dirasakan oleh rakyat kecil.
Apakah tuntutan mahasiswa akan didengar? Apakah reformasi Polri akan benar-benar terjadi? Atau apakah ini hanya akan menjadi riuh sesaat yang tenggelam oleh waktu?
Yang pasti, suara mahasiswa telah menggema. Dan seperti sejarah mencatat, suara mahasiswa sering kali menjadi awal dari perubahan besar.
Komentar
Posting Komentar