Di tengah hiruk-pikuk kawasan industri Cikarang, aroma kopi kini mulai menjadi identitas baru masyarakatnya. Jika dulu Cikarang dikenal sebagai pusat pabrik besar dan kawasan kerja, kini muncul gelombang baru anak muda yang membawa semangat wirausaha melalui bisnis kopi lokal. Salah satunya adalah Kopi Kedaung, sebuah brand kopi yang lahir dari garasi rumah di tahun 2018 dan kini telah berkembang menjadi salah satu ikon UMKM kebanggaan warga Cikarang. Cerita ini bukan sekadar tentang menjual minuman, tetapi tentang perjuangan pengusaha muda Cikarang yang mampu membangun merek lokal dengan semangat kerja keras, inovasi, dan cinta terhadap produk daerah sendiri.


Pendiri Kopi Kedaung, Ardiansyah Pratama, awalnya hanyalah pegawai pabrik yang gemar meracik kopi di waktu luangnya. Dengan modal Rp2 juta dan alat manual brew sederhana, ia mulai menjual kopi racikannya kepada teman-teman kerja di kawasan industri. “Awalnya cuma iseng, tapi ternyata banyak yang suka. Dari situ saya mulai berpikir untuk menjadikannya bisnis,” cerita Ardi kepada KabarCikarang.com. Nama Kopi Kedaung diambil dari nama kampung tempat ia tinggal, Kampung Kedaung, Cikarang Barat, sebagai simbol kecintaan terhadap daerah asal. Garasi rumah dijadikan tempat produksi pertama, sementara promosi dilakukan lewat media sosial dan dari mulut ke mulut.


Sebagaimana usaha kecil lainnya, Ardi sempat menghadapi banyak tantangan. Mulai dari peralatan terbatas, kurangnya pengalaman bisnis, hingga sulitnya mengurus izin usaha. Namun, tekadnya tak pernah padam. Ia belajar dari video YouTube, mengikuti pelatihan UMKM dari Dinas Perdagangan Bekasi, dan mulai berjejaring dengan komunitas wirausaha muda di Cikarang. “Yang paling berat itu menjaga konsistensi rasa dan pelayanan. Karena pelanggan pertama adalah teman sendiri, jadi kalau kualitas menurun, mereka pasti langsung komentar,” ujarnya sambil tertawa. Dari komentar itu justru lahir banyak perbaikan — baik dari segi rasa, kemasan, maupun pelayanan.


Salah satu kunci sukses Kopi Kedaung adalah kemampuannya beradaptasi dengan tren. Saat pandemi melanda, Ardi tak menyerah. Ia justru meluncurkan varian kopi literan dan kopi botolan siap minum agar tetap bisa dijual secara daring melalui platform seperti Tokopedia dan Shopee. Selain itu, ia membangun identitas brand lokal yang kuat. Setiap kemasan kopi menggunakan desain khas Cikarang: gambar pabrik, sawah, dan tulisan “Dari Tanah Cikarang untuk Indonesia”. Strategi ini bukan hanya membuat produknya unik, tapi juga menumbuhkan rasa bangga di kalangan konsumen lokal. Untuk memperluas pasar, Ardi aktif mengikuti pameran UMKM yang diadakan pemerintah daerah dan BUMN, serta memanfaatkan media sosial untuk promosi. Ia percaya bahwa kekuatan UMKM lokal bukan hanya pada produknya, tetapi pada cerita di baliknya.


Perjalanan Kopi Kedaung juga tak lepas dari dukungan komunitas lokal seperti Forum UMKM Cikarang Barat dan Komunitas Wirausaha Muda Bekasi (WMB). Melalui forum ini, Ardi mendapat akses pembinaan, pelatihan digital marketing, serta kesempatan untuk tampil dalam bazar dan expo tingkat kabupaten. Pemerintah Kabupaten Bekasi melalui Dinas Koperasi dan UKM juga memberikan bantuan berupa alat roasting dan sertifikasi halal agar Kopi Kedaung bisa naik kelas. “Dulu kami cuma jual ke teman-teman sekitar, sekarang sudah bisa kirim ke luar kota seperti Bandung dan Jakarta,” ungkap Ardi dengan bangga.


Kini Kopi Kedaung mempekerjakan delapan orang karyawan lokal, sebagian besar anak muda sekitar Kampung Kedaung. Mereka bertugas mulai dari roasting, pengemasan, hingga penjualan online. Setiap bulan, usaha ini mampu memproduksi lebih dari 300 kilogram kopi olahan lokal, sebagian bahan bakunya didatangkan dari petani Jawa Barat dan sebagian lagi hasil kolaborasi dengan petani kopi di Sukabumi. Lebih dari sekadar bisnis, Kopi Kedaung menjadi simbol kebangkitan ekonomi lokal di tengah dominasi industri besar di Cikarang. Banyak anak muda terinspirasi untuk memulai bisnis serupa, bahkan beberapa di antaranya membuka kedai kopi dengan gaya khas daerah masing-masing.


Ketika ditanya apa rahasia suksesnya, Ardi menjawab sederhana, “Mulai saja dulu, jangan tunggu sempurna. Yang penting terus belajar, terus adaptasi, dan jangan malu mengakui kesalahan.” Bagi Ardi, keberhasilan bukan hanya diukur dari omzet, tetapi dari kemampuan menciptakan peluang kerja dan mengangkat nama daerah. Ia berharap ke depan semakin banyak pengusaha muda Cikarang yang berani memulai bisnis dan bangga membawa identitas lokal.


Kopi Kedaung adalah contoh nyata bahwa dari garasi kecil pun bisa lahir mimpi besar. Semangat inovasi, dukungan komunitas, dan cinta terhadap daerah menjadikan usaha ini bukan sekadar bisnis, tapi gerakan sosial yang menginspirasi banyak orang. Melalui kisah ini, kita belajar bahwa UMKM Cikarang punya potensi luar biasa untuk tumbuh dan bersaing di tingkat nasional. Dengan kreativitas, digitalisasi, dan kerja sama antara pelaku usaha, komunitas, serta pemerintah, bukan hal mustahil jika suatu hari nanti Cikarang dikenal bukan hanya sebagai kota industri, tapi juga kota kreatif dan kuliner kopi terbaik di Indonesia.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama